Thursday, 13 November 2014
"Di Restoran"~Ari-Reda
Dibuat dengan sangat indah oleh Yogi D. Sumule.
Terima kasih kami kepada Bonita Adi, Petrus Briyanto Adi, Hendrikus Wisnu Groho, Tatang Kancil, Eddie Prabu, Team Produksi video ini:
Yogi D. Sumule, Tuhdil Haqiqi, Fausta Bayu, dan Mas Komar.
Terima kasih sangat.
ari reda
Monday, 10 November 2014
Pagi Pertama (serial catatan kemarin 2)
Tidak apa-apa. Aku buka kelambu, turun dari tempat tidur,
berjalan ke dapur. Mungkin Mbok sudah masak-masak.
Oh, dapur masih gelap!
Aduh, bagaimana ini: kenapa Mbok dan Mak masih tidur?
Jangan-jangan mereka lupa kalau hari ini aku harus berangkat sekolah. Aku mau
mandi, mau sarapan nasi goreng dan dadar, eh nasi dan telur mata sapi saja!
Tapi nasi dan ikan bandeng juga enak. Sayang matanya sudah habis kumakan
kemarin. Atau tetel yang kemarin
dibuat Mbok? Oh, nasi pakai kerupuk saja!
Tapi kenapa kaleng kerupuk ini sulit sekali dibuka?
Aku tarik tutupnya lebih kuat. Tiba-tiba tutup kaleng melayang, kaleng terguling
dan
kerupuk terbang-terbang!
“Siapa itu?” aku dengar suara Mak.
Aku menoleh, Mak sudah ada di pintu dapur. Rambutnya
berdiri, mengembang seperti singa, matanya terbuka lebar. Mulutnya juga.
“Aku mau sarapan, Mak. Pakai kerupuk. Aku tarik tutup
kalengnya…”
“Sarapan?”
“Mau siap-siap, Mak….”
“Oh ya, hari ini kau sudah sekolah, ya.”
“Aku tidak mau terlambat, Mak.”
“Tentu tidak. Jam masuk sekolah masih lama. Ayo tidur lagi,”
kata Mak sambil membantuku memunguti kerupuk yang bertebaran di lantai.
“Tapi aku tidak mau tidur lagi. Aku mau mandi. Aku mau
atur-atur pensil, semir sepatu…”
“Hmm, kemarin kita sudah mengatur pensil, buku tulis, buku gambar. Semua ada di tas. Sepatu juga sudah disemir.”
“Hmm, kemarin kita sudah mengatur pensil, buku tulis, buku gambar. Semua ada di tas. Sepatu juga sudah disemir.”
“Tapi aku mau cepat-cepat mandi, Mak.”
“Sekarang baru jam tiga pagi, Willa. Lihat di luar masih
gelap. Ayam saja belum bangun. Nanti kalau sudah waktunya, pasti Mak bangunkan.
Sekarang mari kita tidur,” kata Mak. Tangannya hinggap di kepalaku. Rambutku
diusapnya. Aku mengikutinya berjalan ke kamar tidur.
“Jadi kita tidur lagi, Mak?”
“Ya, dan bangun tiga jam lagi.”
“Tiga jam itu lama,
Mak?”
“Lama sekali. Bisa tidur yang nyenyak, juga mimpi yang
banyak….”
Aku naik ke tempat tidur Mak.
“Tidurlah, Willa,” kata Mak. Jari-jarinya mengelus dahi dan
rambutku.
Mak bilang, nanti aku akan dibangunkan. Tapi bagaimana kalau
Mak tertidur dan luma membangunkan aku, lalu aku tidak sekolah? Tidak boleh
begitu!
Aku tidak mau tidur nyenyak dan mimpi banyak. Aku buka mata saja.
Aku tahu: aku pura-pura tidur saja.
Hidungku menempel di lengan Mak.
Halus. Harum.
Dan tiba-tiba aku sampai di taman bunga.
Subscribe to:
Posts (Atom)