Tuesday 21 September 2010

ngobrol

Senin
“Hai, Nak!”
“Hai, Mak.”
“Lagi apa?"
“Bikin pe-er.” 
“Sudah makan?”
   “Sudah. ” 
“Jangan lupa belajar buat besok.” 
“Siiiip!”
   “Daag!”
   “Daag! Pulang cepat, ya Mak!”
“Oke!”


 Selasa
“Hai, Nak!”
“Hai, Mak.”
“Lagi apa?"
“Bikin pe-er.” 
“Sudah makan?”
“Sudah.” 
“Jangan lupa belajar buat besok.” 
“Oke!”
“Daag!”
“Pulang cepat!”
“Oke!”


Rabu
“Hai, Nak!”
“Hai!”
“Lagi apa?"
“Bikin pe-er. ” 
“Sudah makan ? Jangan lupa belajar buat besok. ” 
“Oke!”
“Daag!”
“ … ”


Kamis
“Hai, Nak!”
“….”
“Lagi bikin pe-er. ” 
 “Kalau sudah bikin pe-er,  jangan lupa makan lalu belajar buat besok. Daag!”
 “… ”


Jumat
“Hai, Nak ! Sudah bikin pe-er, kan ? ” 
 “…. ” 
 “Kok diam saja? Halooo! Nak, jangan lupa makan, ya!”
 “… ”
 “Kalau begitu sampai nanti malam, ya Nak. Daaag!”
 “… ” 

5 comments:

  1. Anaknya sudah hafal pertanyaannya, jadi malas jawab. Salahkah?

    ReplyDelete
  2. Sangat insight, ceritanya. Mungkin pertanyaannya membuat anak bosan. Hihi.

    ReplyDelete
  3. saya pernah di'keadaan' itu, dan masih menjalaninya beberapa kali tergantung situasi :'(
    kasihan anak2ku.

    ReplyDelete
  4. Sering kali kita menganggap anak tak tahu apa-apa. Cuma anak kecil. Kita lupa, anak punya rasa. Bahkan ketika kecil itulah, rasa mereka sebenarnya sangat tajam dan peka.

    Mereka tahu ketika kita -ibu- asal menjawab. Mereka tahu ketika kita tak benar-benar serius menanggapi mereka. Mereka tahu.

    Kalau boleh mengulang kembali, saya ingin menghapus masa itu. Saya ingin benar-benar serius, benar-benar penuh perhatian. Tidak asal tanya. Tidak asal jawab. Tidak asal omong. Tapi benar-benar dari hati. Dari pikiran. Dengan cinta yang sungguh.

    Seandainya saja.

    ReplyDelete
  5. bagus banget.. semoga saya sadar, nggak melakukan hal yang sama pada anak. :)

    ReplyDelete