Thursday 3 December 2009

lelaki pilihan


"Kenapa?"
"Sakit kepala!"
"Minum obat, istirahat, tidur...."
"Tapi sakit hati juga!"
"Aduh, kalau itu harus tahu apa penyebabnya! Sudah tahu?
"Sudah."
"Apa?"
"Bukan apa, tapi siapa."
"Yaitu?"
"Ah, pakai tanya segala! Siapa lagi kalau bukan dia."
"Dia, maksudmu...."
"Ya, dia... Suamiku! Siapa lagi?"
"Apa yang dia lakukan?"
"Banyak! Semua!"
"Wah, wah, wah..."
"Aku heran, kok ada orang yang bodohnya separah itu, sih? Dia buat aku lelah jiwa dan raga!"
"Hmmm, begitu ya?"
"Ya, begitu itu! Aduh, otak kok bisa kurang sesendok gitu, ya? Ampun, ampuuuun!"
"Hmmmm, hmmm...."
"Kok kamu ham-hem-ham-hem terus, sih?"
"Hmmmm, jangan marah, ya: menurutku, ada yang lebih bodoh dari suamimu."
"He, siapa?"
"Sekali lagi, jangan marah ya..."
"Ya, ya, siapa?"
"Menurutku, yang lebih bodoh dari suami bodoh itu adalah perempuan yang mau menjadi istrinya. Sudah tahu dia lelaki bodoh, kok ya mau memilih dia jadi suami?"
"..."

2 comments:

  1. kalau boleh menebak, gaya menulis kamu mirip Djenar. apakah kamu suka djenar? (menebak again)

    ReplyDelete
  2. Terima kasih sudah mampir ke halaman ini.
    Terima kasih juga untuk komentar yang diberikan.
    Mirip Djenar?
    Wah, saya tak tahu itu.
    Selama ini saya hanya menulis mengikuti apa yang ramai di kepala.

    Begitu saja.
    :)

    r

    ReplyDelete