Saturday 21 February 2009

SEKOLAH (serial catatan kemarin)


Mak pulang agak sore. Aku sudah melihatnya sejak sepedanya masuk gang, menuju rumah kami. Aku berlari ke luar rumah. Ketika sudah dekat, aku lihat ada beberapa kantong kertas diikat tali, tertumpuk di boncengan sepedanya.

Mak turun dari sepeda, lalu kami berjalan beriringan menuju rumah. “Sekolahnya, Mak?” aku tak sabar lagi, aku harus tanyakan yang satu itu. Mak mengangguk-angguk. Ia tersenyum. Lebar. “Ya, kamu akan sekolah.” Hebat! Aku betul-betul sekolah.
“Kapan, Mak?”
“Kalau besok, mau?” Aku melompat. Besok! Mak berteriak, menyuruhku diam dan tenang karena aku hampir jatuh karena terlalu semangat melompat ke sana ke mari. Aku terlalu senang. Waktu masuk rumah, aku lihat Ida berdiri di depan pintu pagar rumahnya. Ha, mulai besok bukan cuma dia anak perempuan yang sekolah di gang ini. Aku juga. Aku, sekolah.

Di rumah, Mak menurunkan bawaannya. Isi kantong itu macam-macam. Ada baju. Untukku. Ada pita. Untukku. Ada buku gambar. Untukku. Ada buku tulis, pensil, penghapus, tas. Semua untukku. Lalu ada kotak kecil dari kaleng, “Ini apa, Mak?”
“Tempat bekal makanan yang harus kau bawa ke sekolah.” Ah! Lalu Mak mengeluarkan sebuah botol kecil yang gemuk, terbuat dari plastik. Warna kuning. “Kalau ini?”
“Itu botol minum. Kalau tak bawa minum, kau akan kehausan setelah main di sekolah dan cekukan setelah menghabiskan bekal makananmu,” kata Mak. Ah! Ah!
Aku memeriksa lagi semua satu persatu. Barang baru selalu harum. Mak membantu membereskan, “Willa, jaga barang-barang ini dengan baik. Ini hadiah dari Nyonya Chang. Mak tidak punya uang untuk beli semua ini. Kiriman Pak belum datang dari Jakarta.” Oh. “Uang sekolahmu, juga dibayari Nyonya Chang.” Oh, oh. “Mulai besok kau akan sekolah. Belajar yang rajin. Jangan nakal di sekolah. Kita tunjukkan pada Nyonya Chang bahwa pemberiannya tidak sia-sia. Semua berguna. Willa mengerti?” kata Mak lagi. Aku buru-buru mengangguk. Janji: aku akan belajar baik. Rajin. Tidak nakal. Tidak menangis di sekolah. Janji.

Malam itu aku makan sedikit. Perutku terasa sangat kenyang. Biasanya aku langsung mengantuk. Tapi malam ini tidak. Aku membantu Mak menyiapkan semua yang harus aku pakai dan bawa besok. “Sekolah itu seperti apa, Mak?” aku bertanya pada Mak.
“Besok kamu lihat sendiri, Willa.” Kata Mak.
“Aku ketemu siapa besok, Mak?”
Mak tersenyum lebar lalu katanya, “Teman-teman sekelasmu. Kelas Taman Kanak-kanak. Lalu Ibu Guru.”
“Ibu guru? Siapa namanya?”
“Ibu Tini..”
“Cantik?”
“Ya.”
“Pintar?”
“Pasti.”
“Bisa baca?”
“Tentu! Dia akan membantu kamu membaca lebih cepat, lebih banyak, karena ibu gurumu punya banyak buku cerita.”
“Lebih banyak dari buku di rumah ini?”
“Tentu! Ibu guru punya kamar khusus untuk buku. Semua anak boleh baca buku yang ada di situ. Nama kamar itu perpustakaan.”
“Perpusta...”
“Ka-an.”
“Aku suka per-pus-ta-ka-an.”
“Pasti.”
“Boleh baca berapa buku di per-pus-ta-ka-an, Mak?”
“Sebanyak yang kamu suka.”
“Aku betul-betul suka per-pus-ta-ka-an kalau begitu.”
“Ya, harusnya begitu...”
“Aku boleh terus di per-pus-taka-an, Mak?”
“Hmm, tidak boleh terus-menerus. Kamu tetap harus masuk kelas. Duduk bersama teman-temanmu, bersama Bu Guru. Belajar.”
“Belajar?”
“Ya, belajar menulis yang bagus. Menggambar... menggunting, menempel... Menyanyi...”
“Aku sudah bisa menyanyi. Oh, oh Hestiiii!”
“Bukan lagu itu! Kamu nanti belajar lagu lain, lagu anak-anak.”
“Tapi aku suka Oh, oh, oh Hestiii... mengapa wajahmu mirip dia!”
“Itu bukan lagu anak-anak, Willa. Sebaiknya jangan menyanyikan lagu itu di sekolah nanti, ya.”
“Ibu guru tidak suka Hesti?”
“Mungkin suka, tetapi kalau di sekolah, kamu menyanyikan lagu anak-anak.”
“Kalau lagunya tidak enak, bagaimana?”
“Pasti enak. Dan kamu harus menyanyikan lagu itu.”
“Aku rasa lagunya pasti tidak enak...”
“Willa! Sudah, kita lihat saja besok. Sekarang kamu harus tidur supaya besok bisa bangun lebih pagi,” kata Mak. Aduh, mengapa harus ada tidur? Aku ingin cepat bisa sampai ke sekolah.
“Sana, cuci kaki, sikat gigi, cuci muka... ganti baju. Lalu masuk ke kamar Mak saja.” Aku langsung melompat. Aku paling senang tidur sama Mak. Karena pasti dapat cerita. Dapat nyanyian. Dan bisa memeluk lengan Mak yang halus.

No comments:

Post a Comment